Sejarah berdirinya RRI di tanggal 11 September 1945

blog-details
blog-details

Sejarah berdirinya RRI di tanggal 11 September 1945

Radio mempunyai peran besar dalam penyebaran informasi di masa proklamasi kemerdekaan dan masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Radio menjadi alat tercepat dan tersingkat di masa itu dalam memberikan tuntunan, pemberitahuan dan perintah kepada rakyat. Maka dari itu tumbuh pemikiran untuk menguasai radio demi kepentingan pemerintah Republik Indonesia yang sebelumnya dikuasai oleh Jepang, juga untuk membentuk sebuah organisasi radio nasional.

Disepakatilah untuk membuat sebuah konferensi para wakil dari stasiun-stasiun radio yang ada di Jawa untuk berkumpul di Jakarta pada tanggal 10 September 1945. Para tokoh yang berkecimpung di bidang radio yang datang dalam pertemuan ini antara lain Adang Kadarusman, Jusuf Ronodipuro, Suryodipuro, Sukasmo, Syawal Mochtarudin, dan Tjatja dari studio Jakarta, dari studio Bandung hadir Sakti Alamsyah, R.A Darya, dan Agus Marah Sutan, sedangkan dari stasiun radio Yogyakarta Sumarmadi dan Sudomomarto, dari studio Surakarta hadir Maladi dan Sutardi Hardjolukito, dari studio semarang hadir Suhardi dan Harto, dan dari studio Purwokerto hadir Sutardjo.

Rapat yang diadakan tersebut berjalan dengan tertib di bawah pimpinan rapat dr. Abdulrachman Saleh. Kemudian hasil rapat tersebut didelegasikan kepada Menteri Sekretariat Negara, Mr. A.G Pringgodigdo. Dalam pertemuan tersebut dibahas gagasan dan konsepsi mendasar tentang perjuangan para pegawai radio dan berjuang bersama rakyat untuk Republik Indonesia.

Beberapa hasil penting yang didapatkan pada rapat tersebut adalah:

  1. Radio Republik Indonesia (RRI) adalah badan nasional penyiaran radio yang bersifat persatuan, dengan Jakarta sebagai kantor pusat sementara dan studio-studio di daerah sebagai cabang-cabangnya yang bertanggung jawab atas segala penyiaran di daerah masing-masing.
  2. 11 September ditetapkan sebagai hari berdirinya RRI (Radio Republik Indonesia)
  3. Dr Abdulrachman Saleh ditetapkan sebagai pemimpin umum RRI
  4. Studio-studio radio di Jakarta, Bandung, Purwokerto, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang sebagai cabang-cabang RRI yang pertama.
  5. Semua yang hadir dalam rapat tersebut merupakan pegawai RRI yang pertama.

Ditetapkan juga bahwa norma dan moral siaran, yaitu tiap pegawai RRI harus yakin dan setia kepada perjuangan RRI, dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, golongan, dan aliran dalam membina penyiaran radio. Pegawai RRI juga harus melaksanakan disiplin dalam perjuangan, yaitu seluruh korps RRI harus membela dan menjaga keselamatan alat-alat radio dengan segala akibatnya demi keselamatan Republik Indonesia. RRI juga menetapkan semboyannya, yaitu “Sekali di udara tetap di udara”, yang maknanya dalam keadaan apapun siaran RRI tidak boleh lenyap dari udara

Di masa awal berdirinya ini, RRI memiliki beberapa program perjuangan yang perlu segera dilakukan, yaitu:

  • Penguasaan pemancar-pemancar dan alat-alat radio dari tangan Jepang dengan jalan apapun
  • Mempersiapkan pemancar gerilya mobile untuk menjamin kelangsungan siaran RRI dalam keadaan apapun
  • Mengobarkan semangat kemerdekaan dan jiwa proklamasi 17 Agustus 1945 kepada seluruh rakyat dan menyebarluaskan ke seluruh dunia tentang cita-cita dan perjuangan bangsa Indonesia yang sudah merdeka

Berdasarkan semangat proklamasi 17 Agustus 1945, radio di masa ini sebagai alat :

  1. Perjuangan bangsa dan negara Republik Indonesia untuk membela dan menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan negara pada khususnya, menggalang persatuan nasional dan membangun cita-cita kemerdekaan pada umumnya;
  2. Komunikasi antara pemerintah dengan rakyat dan antara rakyat dengan rakyat;
  3. Pembinaan jiwa dan semangat proklamasi 17 Agustus 1945

Begitu pentingnya radio sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan informasi di masa ini membuat para tokoh radio pun berjuang dengan penuh integritas melalui jalur komunikasi ini. 80 tahun telah berlalu, apakah radio masih relevan untuk menyebarkan informasi di masa sekarang?

------------------------------------------------------------------------------

Daftar Pustaka

Departemen Penerangan RI. (1978-1979). Sejarah Radio Indonesia. Laporan Sementara Kerjasama dengan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Proyek Penelitian dan Pengembangan Penerangan Departemen Penerangan Republik Indonesia

Departemen Penerangan RI. (1995). Radio, Televisi, dan Film dalam era 50 Tahun Indonesia Merdeka. Departemen Penerangan Republik Indonesia.

-----------------------------------------------------------------------------------

Penulis

Rosita Budi

0 Comments:

Leave A Reply