Sang Inspirator Kebangkitan Nasional

blog-details
blog-details

Sang Inspirator Kebangkitan Nasional

Dokter Wahidin Soedirohoesodo disebut sebagai Bapak Kebangkitan Nasional. Walau beliau bukan termasuk pendiri Boedi Oetomo yang menjadi tonggak Kebangkitan Nasional, namun dr Wahidin Soedirohoesodo menginspirasi para pendiri organisasi pertama di Indonesia ini.

Lahir di Yogyakarta, Dokter Wahidin beruntung bisa mendapatkan pendidikan dan membuka wawasannya. Selain cerdas, beliau juga banyak menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat di sekitarnya. Ketika ia membuka praktek sebagai dokter, ia tidak memasang tarif mahal bahkan sering menggratiskan layanannya.

Dokter Wahidin semakin prihatin melihat penderitaan dan keterbelakangan bangsanya yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri, yang sering memeriksakan kesehatan kepadanya juga lingkungan tempat tinggalnya di Yogyakarta. Ia pun bertekad untuk melakukan aksi yang lebih nyata dan terencana. Dua hal pokok yang akan diperjuangkannya adalah memberikan pendidikan sebaik-baiknya kepada masyarakat dan menggugah kesadaran kebangsaan.

Untuk mewujudkan perjuangannya tersebut, ia bersama kawannya seorang Belanda bernama F.L Winter membuat surat kabar berkala Retno Dhoemilah pada Mei 1895. Surat kabar tersebut terbit tiap hari Selasa dan Jumat. Nama Retno Dhoemilah dipilih karena artinya yaitu permata yang bercahaya, yang diharapkan olehnya agar bisa memberikan penerangan kepada bangsanya untuk mencapai kemajuan. Surat Kabar ini memuat berita-berita dari Yogyakarta, Surakarta, Malang, Rembangm Cirebon, dan kota-kota lainnya. Tahun 1901, Dokter Wahidin duduk sebagai kepala redaksi setelah ia pensiun dari tugas sebagai dokter pemerintah. Ia kadangkala menggunakan nama samaran, pak Minta yang pada Mei 1905, ia mengajukan usulan penting yaitu membentuk organisasi untuk mengatasi kesulitan bersama dan mencapai kemajuan.

Melihat kondisi sekitarnya pun, ia merasa jika ingin memperbaiki nasibnya, kita harus bersekolah, harus mengenyam pendidikan. Namun karena masalah utama adalah biaya, maka ia pun mempunyai ide untuk menggalang dana dari para pejabat dan bangsawan untuk membantu masyarakat kecil yang ingin sekolah namun tak punya biaya. Sekarang disebut sebagai beasiswa atau studiefonds.

Demi mewujudkan konsep tersebut, dr wahidin rela menjual harta pribadinya untuk biaya ia menyampaikan ide ini dari daerah ke daerah lain. Ia akan menyampaikan gagasannya ini dengan berkeliling Pulau Jawa, bertemu dengan pejabat daerah dan para bangsawan. Ia memulai kegiatan yang kemudian dicontoh sebagai kegiatan Penerangan Tatap Muka ini pada November 1906.

Sayangnya hingga ia mengunjungi karesidenan ke-17, dukungan untuk pendirian lembaga beasiswa tersebut belum banyak, masih jauh untuk dapat diwujudkan. Hingga akhirnya pada akhir tahun 1907, Dokter Wahidin singgah di sekolahnya dulu yang telah berganti nama menjadi STOVIA. Disinilah beberapa pelajar STOVIA, yaitu Soetomo, Soeradji dan dua kawan lainnya bertemu dengen Dokter Wahidin. Mereka pun tergugah oleh pikiran Dokter Wahidin dan mendukung perjuangannya. Cita-cita Dokter Wahidin memenuhi kepala para pemuda ini, mereka diingatkan untuk berbuat sesuatu yang nyata dan lebih baik. Dengan semangat itu, maka para pemuda ini mendirikan organisasi pertama di Indonesia, yang diberi nama Boedi Oetomo.

Boedi Oetomo didirikan pada tanggal Minggu pagi 20 Mei 1908, di aula Stovia. Inilah yang menjadi tonggak awal Kebangkitan Nasional. Arti dari nama organisasi itu ialah “pikiran dan segenap daya upaya yang luhur”. Organisasi ini bertujuan untuk meringankan beban perjuangan bangsa dan memajukan pendidikan serta kerohanian mereka.

Pada 3 hingga 4 Oktober 1908, dilaksanakan kongres nasional oleh Boedi Oetomo dan Dokter Wahidin dipilih sebagai Ketua Panitia Kongres yang berlangsung di Yogyakarta ini. Dokter Wahidin dianggap sebagai seorang pelopor, penginspirasi yang bijak. Usaha Dokter Wahidin untuk membuat lembaga khusus beasiswa sesuai cita-citanya pun terlaksana pada 25 Oktober 1913 dengan nama “Darmawara”.

----------------------------------------------------------

Daftar Pustaka

Harari, Yayan Rika. (2018). Wahidin Soedirohoesodo Sang Dokter Bangsa. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tashadi. (1992). Dr Wahidin Soedirohoesodo. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

 

------------------------------------------

Penulis

Rosita Budi Suryaningsih

0 Comments:

Leave A Reply