Mendengarkan Rakyat Melalui Kegiatan Safari Ramadan
Ketika bulan suci ramadan tiba, sebagian besar masyarakat Indonesia berpuasa, lalu apakah kegiatan komunikasi pemerintah berhenti begitu saja. Oh, tentu tidak. Bahkan di tahun 1984 hingga 1997, ada sebuah kegiatan komunikasi khusus yang dilakukan oleh Departemen Penerangan dengan nama Safari Ramadan.
Safari Ramadan merupakan kegiatan berkeliling dari satu daerah ke daerah lain yang dilakukan oleh Menteri Penerangan (Menpen) saat itu, yaitu Harmoko. Kegiatan ini adalah perwujudan dari konsep Komunikasi Sambung Rasa yang digagasnya sejak menjadi Menpen.
Harmoko menginisiasi cara berkomunikasi dua arah yang dilakukannya langsung dengan rakyat Indonesia. Sistem Komunikasi Sambung Rasa ini dijalankannya salah satunya saat melakukan kegiatan Safari Ramadan yang membuatnya bertemu langsung dengan rakyat dan bisa memahami apa saja kebutuhan yang dituntut oleh rakyatnya. Kegiatan ini rutin dilakukan oleh Menteri Penerangan Harmoko sejak tahun 1984, mengunjungi daerah-daerah di Bulan Ramadan kemudian menggelar diskusi dilakukan setelah Salat Tarawih. Menpen membawa rombongan dengan mobil beriringan, menempuh perjalanan darat ribuan kilometer dengan jalur yang terkadang ekstrim, jalan rusak, bahkan menyeberangi sungai karena jalurnya memang tidak ada jembatan.
Pada tahun 1984, Safari Ramadan dilaksanakan di Pulau Jawa, tahun 1985 di Pulau Sumatera, tahun 1986 di Pulau Kalimantan, tahun 1987 di Pulau Sulawesi, Tahun 1988, daerah yang menjadi tujuan Safari Ramadan adalah Pulau Jawa, dengan daerah-daerah di pesisir pantai utara madura, dan pantai selatan. Kemudian tahun 1989 Pulau Sumatera menjadi daerah yang dikunjungi lagi oleh Harmoko pada Safari Ramadannya. Dari ujung Aceh hingga Lampung dan kemudian menyeberang menggunakan kapal Fery balik ke Jakarta. Tahun 1990, Safari Ramadan mengambil rute di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat dengan menempuh jarak sekitar 3.000 km. Di tahun 1991 dan 1992, Safari Ramadan dilangsungkan di Pulau Jawa. Sedangkan tahun 1993, dilaksanakan di Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Safari Ramadan tahun 1994 mengambil lokasi yang istimewa, yaitu ke Irian Jaya, yang dilaksanakan pada 22 Februari hingga 1 Maret 1994, menempuh jarak sepanjang 17.650 melalui darat, air, dan udara dan mencakup lima kabupaten di Irian Jaya ini. Di Tahun 1997, Safari Ramadan diadakan di Pulau Jawa dan Bali, yang dilaksanakan pada tanggal 12 hingga 20 Januari 1997.
Safari Ramadan merupakan kegiatan yang dilakukan Harmoko ketika bulan Ramadan dengan berkeliling ke daerah-daerah, bersilaturahmi dengan masyarakat langsung, mengunjungi para kyai, pondok pesantren, masjid besar, dan lain sebagainya. Di sela-sela ceramah Islami yang dilakukan ketika bulan Ramadan itu, Harmoko menyisipkan pesan-pesan pemerintah dan mendengarkan masukan dari para santri atau hadirin yang datang ke acara tersebut. Acaranya terlihat seperti dialog, menjadikan ada komunikasi timbal balik, dimana terjalin hubungan sosial yang akrab dan dinamis, mengembangkan sistem komunikasi sosial.
Dalam kegiatan Safari Ramadan ini, Harmoko berkeliling ke daerah-daerah, berada langsung ke tengah masyarakat. Beliau akan membuka forum agar masyarakat bisa mengutarakan permasalahan yang dihadapinya selama ini, dan pejabatnya, dalam hal ini Menteri Penerangan, bisa mendengar langsung sebenarnya apa yang dibutuhkan untuk menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Cara ini mencerminkan sebuah bentuk aktivitas mendengar dari masyarakat bawah. Menteri sebagai wakil dari pemerintah bisa menunjukkan ketersambungan rasa dari masyarakat langsung. Apa yang dirasakan oleh masyarakat disambungkan kepada pemerintah melalui Menteri Penerangan, yang bisa menyambungkan rasa, meneruskan suara masyarakat untuk kemudian dibawa ke rapat yang menghasilkan solusi dari permasalahan mereka.
Berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat disampaikan kepada Menpen, dari hal yang mungkin dianggap sepele seperti keluhan para ulama pada pelaksanaan pemilihan lurah setempat yang bertepatan dengan Salat jumat, hingga tentang sulitnya memasarkan hasil pertanian, persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat yang bertansmigrasi, sulitnya syarat kredit untuk rakyat kecil, ide untuk penayangan film lebih banyak yang produksi Indonesia, usulan pembangunan stasiun televisi, dan sebagainya.
----------------------
Penulis
Rosita Budi Suryaningsih
--------------------------------
Harmoko. (1986). Komunikasi Sambung Rasa. Dharma Aksara Perkasa.
0 Comments:
Leave A Reply